Pages

Tuesday, November 1, 2011

Achievement for Humanity

Karya ini bukanlah menceritakan orang lain ataupun suatu karangan fiksi, melainkan pengalaman dari penulis karya ini sendiri. Ya, ini adalah pengalaman hidup saya sendiri, dalam mencapai suatu tujuan demi kemanusiaan di dalam sebuah organisasi bernama Palang Merah Indonesia atau orang-orang biasa mengenalnya dengan PMI.
Sejak lulus dari SMA, saya benar-benar tidak mempunyai pengalaman dalam berorganisasi ataupun memiliki rasa peduli terhadap kemanusiaan. Hingga pada saat masuk kuliah, tepatnya 1 tahun yang lalu, berawal dari kata-kata guru saya, "Cherish your life and the other life". Saya berpikir, apa yang bisa saya lakukan untuk diri sendiri beserta orang lain ? Kemudia saya teringat ayah saya yang sudah tiada, beliau adalah seorang relawan PMI, saat itulah saya memutuskan untuk masuk menjadi relawan PMI.
Setelah saya bergabung menjadi relawan PMI, ternyata sangat banyak sekali yang bisa saya dapatkan, mulai dari pengalaman-pengalaman organisasi, teman, pengetahuan dan masih banyak lagi. Hal ini membuat saya semakin bersemangat untuk memantapkan tujuan saya demi kemanusiaan, hingga akhirnya pada awal Januari 2011, saya dan rekan-rekan di kirim menuju ke desa di dekat Bromo dikarenakan pada saat itu Bromo menyemburkan uap panasnya dan debu-debu kawah menutupi daerah pemukiman warga.
Tumpukan debu ini menyebabkan warga kehilangan mata pencaharian, sumber air bersih, ladang pertanian dan ada beberapa warga yang mengalami gangguan kesehatan, serta tertutupnya total jalanan di kawasan tersebut karena debu yang menutupi bisa mencapai setengah meter. Saya dan rekan-rekan disini bertugas untuk meringankan penderitaan warga, dimulai dari pembagian bantuan logistik, water sanitasi, pembersihan jalan, dan dapur umum. Beberapa hari pertama saya berperan menjadi water sanitasi, dimana bertugas untuk menyediakan air bersih, tapi saat hari terakhir saya menjadi distribusi logistik kepada warga.
Hal ini tentunya tidak dilakukan seorang diri, karena perwakilan dari PMI kota Surabaya saja mencapai 30 orang, belum dari kota-kota lain seperti Probolinggo, Malang, Tuban dll. Dan pada saat bertugas, tentu saya dan rekan-rekan dari Surabaya di pisah dan terbagi-bagi dengan kota-kota lain, sehingga mau tidak mau memang harus bisa berkolaborasi dan berorganisasi dengan para relawan dari kota lain.
Meskipun kami bekerja seharian penuh, dan tentunya dilokasi hanya dibayarkan oleh senyuman serta ucapan terimakasih dari warga, hal ini sangat menjadi kebanggaan yang betul-betul lebih berharga daripada pekerjaan yang dibayar ratusan ribu. Kebanggaan karena bisa menolong orang yang benar-benar membutuhkan, ini menjadi trigger meriam dalam hidup saya untuk lebih mengabdikan diri di PMI.
Setelah penugasan ini, saya menjadi lebih sering dan aktif dalam kegiatan-kegiatan PMI di Surabaya, seperti jaga event, konser, race, pengiriman untuk pertolongan kecelakaan, kebakaran bahkan evakuasi jenazah.
Walau hanya berkutat dalam 1 tahun, tapi sangat banyak sekali pengalaman-pengalaman yang saya peroleh disini, hanya saja mindset of achievement saya di organisasi ini masih belum mengalami kemajuan. Hingga pada akhir bulan september, tepatnya tanggal 28 september 2011, terjadi kebakaran di dalam sebuah kapal, KM. Kirana IX, dengan kebakaran berskala kecil, yaitu truck bermuatan bawang putih, dan kebakaran tersebut tidak sampai merambat ke area sekitarnya. Akan tetapi, kejadian ini merenggut nyawa 8 orang, dan yang sangat disayangkan, hal ini tidaklah dikarenakan api kebakaran, melainkan karena kepanikan penumpang yang tidak terarah. Tim forensik mencurigai, para korban meninggal karena terjatuh ataupun terinjak-injak penumpang yang panik.
Kejadian ini menandakan bahwa sungguh sangat lemahnya pengetahuan serta kecakapan yang dimiliki oleh petugas ABK maupun individu-individu yang ada. Dan diperkuat juga dengan berita bahwa 70% korban meninggal dari kecelakaan lalu lintas, bukanlah karena cidera yang mematikan pada korban, melainkan penanganan serta peng-evakuasi-an yang asal-asalan ketika terjadi sebuah kecelakaan saat tim medis belum datang.
Dari beberapa hal ini, saya mulai berpikir, dan mulai mengembangkan need of achievement saya, dari hanya sekedar memberikan pertolongan, saya ingin memberikan ilmu yang saya peroleh dan menyebarkannya kepada generasi-generasi muda yang bisa menjadi penerus. Akan tetapi, untuk memperoleh tujuan ini, memang diperlukan hal yang lebih dari pengalaman saja, dan perlu diberikan suatu pelatihan untuk penjadi suatu pelatih/instruktur yang handal.
Sangat kebetulan sekali, pada bulan oktober selama 1 bulan diadakan pelatihan Train of Trainer/ Train of Fasilitator di PMI kota Surabaya. Dekat sekali dengan UTS STIKOM, tapi saya tetap mengikutinya dan berusaha membagi waktu saya. Dan akhirnya perjuangan selama 1 bulan itu pun membuahkan hasi juga, tanggal 23 Oktober pelatihan ini berakhir dan saya bisa mendapatkan sertifikat seorang trainer serta bisa mulai melatih siswa-siswa atau bahkan mahasiswa untuk menjadi seorang first aider. Tapi saya tahu, ini bukanlah akhir dari perjuangan saya, karena mulai minggu ini pun selama 1 bulan kedepan, saya masih mengikuti pelatihan spesialisasi First Aider serta Ambulance Service. Inilah goal saya dalam organisasi ini, menolong dan menyelamatkan demi kemanusiaan serta menyebarluaskan pengetahuan tentang First Aider. We fight together for humanity, to save a life!